Ternyata teroris yang mati (aku sengaja memakai kata ini), di Temanggung bukan Noordin M Top, tapi Ibrohim. Matilah ia, menyusul matinya dan tertangkapnya jaringan mereka yang lain. Sementara si Noordin masih berkeliaran. Mirip Drakula --mengutip kata Pak SBY-- mencari celah dan kelengahan kita. Kita? bukan pak polisi? bukan Densus 88? Ya kita, karena bagiku Noordin harus kita lawan bersama. Jangan mengandalkan aparat.
Dengan segala ideologi, perjuangan, dan doktrinnya, bagiku Noordin adalah P-E-N-G-E-C-U-T. Ia tak lebih dari preman, malah masih mendingan preman, karena mereka lebih berani terjun "kelapangan" berhadap-hadapan dengan korbannya. Sementara si Noordin? beraninya sembunyi, lari, menikahi cewek cuma buat berlindung di ketek mereka, menyuruh anak kecil bunuh diri dengan, mengiming-imingi "surga" via jihad versi dia sendiri. Emang Noordin itu siapa? Nabi? Rosul? Malaikat? Setan? Iblis?, sehingga berani menjamin kerjaan bom-mengebom itu bakal dapat jaminan surga dari Allah. Tak ada di dunia ini, manusia yang bisa menjamin manusia lain masuk surga ciptaan Allah itu.
So, buat pengikut Noordin atau yang mungkin tengah dirayu, sadarlah. Sesungguhnya aku kasihan dengan kalian. Jikalau kalian ingin memperjuangankan umat muslim dan menegakkan Islam, masih banyak cara lain. Kalau kita kalah di bidang ekonomi, mari kita bangun ekonomi kita sendiri. Kecil-kecilan dulu, membangun koperasi Islam misalnya atau berjualan makanan tradisional Indonesia bernuansa Islam dll, dll. Jaringan pengajian kalian bisa dimanfaatkan untuk membuat jaringan bisnis "MLM" ala kalian. atau pola-pola bisnis lain yang bisa digali. Saya kira itu lebih bermanfaat untuk orang banyak, daripada sibuk mencari tempat dan orang untuk di bom. Belum tentu yang dibom itu orang "yang sepenuhnya" bertanggungjawab atas kekacauan di muka bumi ini.
Sungguh sudah banyak ulama yang tidak setuju dengan aksi jihad kalian. Kata isteriku, suami yang berkerja keras mencari nafkah untuk anak-anaknya juga jihad. Nah ketika kalian membunuh orang yang sedang mencari makan untuk anaknya, apakah kalian tidak membunuh orang yang sedang berjihad. Sungguh kasihan kalian....
Kasihan sekali, apalagi sampai melakukan bunuh diri... apa yang kalian harapkan? apakah --sekali lagi-- Noordin menjamin kalian masuk surga dengan jihad model ini?
Sekali lagi aku kasihan..........
Buat "Mang Noordin", ubahlah kepengecutanmu itu. Jihadlah di negeri yang sedang kacau di belahan bumi lain. Irak atau Afghanistan sana. Angkat senjatamu berhadapan dengan orang-orang yang kau anggap kafir itu. Jangan kau jadikan Indonesia yang aman ini sebagai panggung untuk mempertontonkan sifat pengecutmu itu. Kalau kau anggap Inggris dan Amerika musuh besarmu, mengapa tidak kau perangi negeri tempatmu lahir?, yang nyata-nyata masuk dalam kelompok Negara Persemakmuran? yang dedengkotnya Inggris.
Ataukah hidupmu justru memang didukung oleh mereka? Kasihan deh lo....
Thursday, August 13, 2009
Saturday, August 1, 2009
Minggir....
Teror...
"Pria Mirip Noordin M Top Sewa Angkot KM 5" itulah salah satu judul berita yang aku baca di Portal Harian Umum Sriwijaya Post di www.sripoku.com hari ini.
Berita ini, sungguh, membuatku gundah. Meski belum tentu orang yang naik angkot itu betul2 si tersangka gembong teroris di Indonesia, tapi tetap saja kita --khususnya warga Sumsel-- harus waspada... Sesungguhnya kita harus bersatu padu melawan teror. Jangan jadikan bumi kita sebagai ladang jihad versi mereka, mereka para "mujahid (versi teror bom) itu".
Menarik sekali alasan mereka yang mengaku mujahid itu, seperti --jika benar-- seperti apa yang tertulis di blognya bushro itu. Mengatasnamakan membela umat islam yang ditindas para "kafir" (kata mereka). Membunuh, membalas dendam menjadi lumrah.
Sekali lagi, sungguh, aku yang juga muslim ini, meresa mereka tak mewakiliku. Apa peduli mereka kepadaku. Aku tak merasa perlu mereka membela hakku. sekali lagi apa peduli mereka?... Minggir sajalah.
Sungguh, aku masih sibuk dengan diriku sendiri. Membangun keislaman di lingkup keluargaku. Isteriku dan dua anakku. Aku masih sibuk dengan Sholatku yang masih belum sempurna. Sibuk melawan hawa nafsuku. Mungkin aku salah "bukankah jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu". Bukan aku tak peduli dengan umat islam lain. Hanya saja aku baru dalam tahap menyelamatkan diriku dan keluargaku dari api neraka...
Jadi, tolonglah kami, jangan jadi hawa nafsu untuk membalas kalian itu dengan melakukan tindakan pembunuhan. Karena, yang gugur bukan hanya mereka yang dituju untuk dibunuh, tapi ada juga,mereka-mereka yang tengah berjihad mencari rezeki untuk anak isteri mereka...mereka yang tidak tahu-menahu dengan jihad kalian, apalagi jihad itu versi kalian sendiri.
sekali lagi, tolonglah...
"Pria Mirip Noordin M Top Sewa Angkot KM 5" itulah salah satu judul berita yang aku baca di Portal Harian Umum Sriwijaya Post di www.sripoku.com hari ini.
Berita ini, sungguh, membuatku gundah. Meski belum tentu orang yang naik angkot itu betul2 si tersangka gembong teroris di Indonesia, tapi tetap saja kita --khususnya warga Sumsel-- harus waspada... Sesungguhnya kita harus bersatu padu melawan teror. Jangan jadikan bumi kita sebagai ladang jihad versi mereka, mereka para "mujahid (versi teror bom) itu".
Menarik sekali alasan mereka yang mengaku mujahid itu, seperti --jika benar-- seperti apa yang tertulis di blognya bushro itu. Mengatasnamakan membela umat islam yang ditindas para "kafir" (kata mereka). Membunuh, membalas dendam menjadi lumrah.
Sekali lagi, sungguh, aku yang juga muslim ini, meresa mereka tak mewakiliku. Apa peduli mereka kepadaku. Aku tak merasa perlu mereka membela hakku. sekali lagi apa peduli mereka?... Minggir sajalah.
Sungguh, aku masih sibuk dengan diriku sendiri. Membangun keislaman di lingkup keluargaku. Isteriku dan dua anakku. Aku masih sibuk dengan Sholatku yang masih belum sempurna. Sibuk melawan hawa nafsuku. Mungkin aku salah "bukankah jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu". Bukan aku tak peduli dengan umat islam lain. Hanya saja aku baru dalam tahap menyelamatkan diriku dan keluargaku dari api neraka...
Jadi, tolonglah kami, jangan jadi hawa nafsu untuk membalas kalian itu dengan melakukan tindakan pembunuhan. Karena, yang gugur bukan hanya mereka yang dituju untuk dibunuh, tapi ada juga,mereka-mereka yang tengah berjihad mencari rezeki untuk anak isteri mereka...mereka yang tidak tahu-menahu dengan jihad kalian, apalagi jihad itu versi kalian sendiri.
sekali lagi, tolonglah...
Tuesday, July 21, 2009
Banyak, Kesal.......
Waktu melintas cepat. aku baru sadar sudah hampir dua minggu aku tak menulis di blog kecilku ini. Bukannya sibuk, tapi entah, aku merasa terlalu banyak yang ingin kutuliskan. Dan, rata-rata semuanya tentang kekesalan saja. Oleh sebab itulah aku males, masak yang ditulis melulu soal kekesalan... hehehe...
Tapi apa boleh buat. Keep on writing about irking...hahahaha.
Dimulai dari yang paling mengesalkan............ Bom!!!
Semua jadi berantakan. Semua rencana panjang timnas buyar, pencinta MU kecewa. Belum lagi rasa malu dengan Malaysia yang selama ini selalu "me-ngeyek" kita. Republik ini serasa mati rasa, kalah total........ dari segala sisi. Lebih dari itu, harga diri kita rasanya terinjak-injak.
Teroris yang menyedihkan, mengesalkan, "ngampuk-i" nian ... apa yang ada di otak mereka ya? sudah dicuci sih...kita gak bisa ngomong apa-apa lagi. Biar matek asal top....
Yang mengesalkan, itu loh, para timses para capres yang "ribut melulu". Hak mereka sih, karena itu kerjaan mereka, " membela yang bayar" Hahaha.... So, saat diadu-adu oleh media (terutama televisi), keliatan banget dibayarnya....peace...men, kan itu emang tupoksi kalian. Timses harus mati-matian membela jagonyo...ya gak?....
Agak mengesalkan... jaringan internet yang DC melulu... hehehehe.
Tapi apa boleh buat. Keep on writing about irking...hahahaha.
Dimulai dari yang paling mengesalkan............ Bom!!!
Semua jadi berantakan. Semua rencana panjang timnas buyar, pencinta MU kecewa. Belum lagi rasa malu dengan Malaysia yang selama ini selalu "me-ngeyek" kita. Republik ini serasa mati rasa, kalah total........ dari segala sisi. Lebih dari itu, harga diri kita rasanya terinjak-injak.
Teroris yang menyedihkan, mengesalkan, "ngampuk-i" nian ... apa yang ada di otak mereka ya? sudah dicuci sih...kita gak bisa ngomong apa-apa lagi. Biar matek asal top....
Yang mengesalkan, itu loh, para timses para capres yang "ribut melulu". Hak mereka sih, karena itu kerjaan mereka, " membela yang bayar" Hahaha.... So, saat diadu-adu oleh media (terutama televisi), keliatan banget dibayarnya....peace...men, kan itu emang tupoksi kalian. Timses harus mati-matian membela jagonyo...ya gak?....
Agak mengesalkan... jaringan internet yang DC melulu... hehehehe.
Thursday, July 9, 2009
SBY
Meski di hari-hari terakhir, sempat mengalami tekanan berat dari lawan politiknya. SBY ternyata masih dipilih rakyat...selamat pak. Amanah tuh...
Tuesday, July 7, 2009
Yok Nyoblos
Bagiku terserahlah para elit politik, pengamat, media dan entah apa lagi namanya yang ribut soal DPT. Bukannya cuek dengan nasib "orang Indonesia" yang tidak bisa memilih, tapi aku capek, dengan keributan itu... (terkadang aku merasa perlu egois, karena di pengadilan akhir dunia nanti, gak ada pertanyaan, apakah anda tidak terdaptar sebagai pemilih....? hahahaha)
Yang penting aku bisa nyoblos.....semangat!!!!
Sekali lagi peace.............
Damai...........
Aman...................
Yang penting aku bisa nyoblos.....semangat!!!!
Sekali lagi peace.............
Damai...........
Aman...................
Monday, June 29, 2009
Berbesar hati....
Hari minggu 28 Juni 2009.
Hari itu, tetanggaku yang rumahnya tepat berada di samping rumahku, sedekahan. Selamatan-lah. Dia baru saja diterima menjadi PNS, anak pertamanya baru lahir dan baru menempati rumah, yang alhamdulillah telah menjadi miliknya --setelah selama ini dia sewa. What a great "karunia dari Allah". Patutlah ia bersyukur dengan mengadakan perhelatan "sederhana". Persiapan pun dimulai sejak seminggu lalu. dan sebagai tetangga yang berusaha menjadi "tetanggaku idolaku" aku pun ikut "meramaikan". Meski tak turun 100% persen, tetap sajalah kita bantu2. Yah, meskinpun bukan panitia, aku menjadikan tupoksi "sebagai tetangga" untuk sekedar ikut angkat2 kursi, membului ayam, dan kerja remeh temeh lainnya. Menjelang tiga hari terakhir, sebelum hari H, tanggal 28 itu, kesibukan pun terus meningkat, seiring pekerjaan yang semakin banyak...
Cukup cerita ini kita potong, karena bukan itu yang hendak kubagikan...
Begini, hari itu kan tepat diselenggarakannya Final Piala Copa Indonesia Tahun 2009, yang mempertemukan juara tahun lalu Sriwijaya FC- Palembang, dengan juara ISL tahun 2009, Persipura Jayapura. Nah disinilah hubungannya cerita pertama tadi. Hari itu pasti semua warga Sumsel, pastinya berharap Sriwijaya FC alias SFC, bisa juara. Termasuk kami dong, panitia sedekahan, yang telah cape bekerja. Berharap akan ada suguhan menarik dari kedua kesebelasan.
Dan tampaknya harapan itu mulai tumbuh, ketika pertandingan memperebutkan tempat ketiga, antara Deltras melawan Persijap. Kedua kesebelasan menunjukkan hasrat menang yang besar. Saling serang, saling mengancam. Pokoke serulah...
Para panitia yang capekpun, bersegera membubarkan diri, demi menyaksikan grand final. Suguhan awal yang atraktif, menjanjikan pertandingan yang seru. Ribuan Penggemar SFC memadati Gelora Jaka Baring. Berharap ada "great beatle" antara sang penguasa bola di republik ini. Dua tim yang diisi pemain "besar" berkarakter.
Babak Pertama.........
Saling serang, SFC mendominasi walaupun kurang tenang. Persipura sibuk bertahan dengan serangan balik berbahaya. Bek SFC pun dibuat pontang-panting. Baru dua menit main Nasuha kena kartu kuning, menyusul Kayamba, kemudian Toni Sucipto di dua menit terakhir. Untung Ferry masih sigap, gawang SFC aman. Kedua tim gagal mencetak gol di babak ini.
Babak kedua....
Masih seperti babak pertama, tapi Obiora berhasil mencetak gol, ketika pertandingan baru berlangsung di 10 menit pertama....setelah itu --lima menit kemudian, pertandingan yang asik, seru dan menegangkan itu berubah menjadi petaka....kecewa, dongkol, ringam, ge-nyek, sayang, benci entah apalagi, caci maki mungkin... apa pasal?
Pemain Persipura mogok main setelah merasa wasit berat sebelah...
Penonton -- yang untunglah tidak rusuh --membanggakan sekali warga Sumsel-- menunggu hingga satu jam lebih, sebelum akhirnya SFC dinyatakan menang WO...
Ternyata, Persipura tidak mau main lagi, mereka kecewa dengan keputusan wasit Purwanto. Mereka merasa ditindas wasit, karena pelanggaran yang dilakukan SFC tidak ditindak oleh wasit. itu kata mereka.
So semua berakhir begitu saja....
Selesai, SFC menang.....
Andai ada kebesaran hati dari pemain Persipura, melanjutkan permainan, hasilnya belum tentu SFC menang, bisa jadi mereka yang kampiun. Kesalahan wasit --yang notabene manusia--harusnya bisa diterima. Toh, SFC-pun tak akan puas dengan hasil ini. Hanya memang peraturan harus ditegakkan. Tim yang tak mau main, otomatis WO...!!!
Banyak di negeri yang bolanya sudah mapan, masih terkandung kesalahan...so sayang sekali, ketika "berbesar hati" itu juga tak juga menghampiri malam itu...
Hari itu, tetanggaku yang rumahnya tepat berada di samping rumahku, sedekahan. Selamatan-lah. Dia baru saja diterima menjadi PNS, anak pertamanya baru lahir dan baru menempati rumah, yang alhamdulillah telah menjadi miliknya --setelah selama ini dia sewa. What a great "karunia dari Allah". Patutlah ia bersyukur dengan mengadakan perhelatan "sederhana". Persiapan pun dimulai sejak seminggu lalu. dan sebagai tetangga yang berusaha menjadi "tetanggaku idolaku" aku pun ikut "meramaikan". Meski tak turun 100% persen, tetap sajalah kita bantu2. Yah, meskinpun bukan panitia, aku menjadikan tupoksi "sebagai tetangga" untuk sekedar ikut angkat2 kursi, membului ayam, dan kerja remeh temeh lainnya. Menjelang tiga hari terakhir, sebelum hari H, tanggal 28 itu, kesibukan pun terus meningkat, seiring pekerjaan yang semakin banyak...
Cukup cerita ini kita potong, karena bukan itu yang hendak kubagikan...
Begini, hari itu kan tepat diselenggarakannya Final Piala Copa Indonesia Tahun 2009, yang mempertemukan juara tahun lalu Sriwijaya FC- Palembang, dengan juara ISL tahun 2009, Persipura Jayapura. Nah disinilah hubungannya cerita pertama tadi. Hari itu pasti semua warga Sumsel, pastinya berharap Sriwijaya FC alias SFC, bisa juara. Termasuk kami dong, panitia sedekahan, yang telah cape bekerja. Berharap akan ada suguhan menarik dari kedua kesebelasan.
Dan tampaknya harapan itu mulai tumbuh, ketika pertandingan memperebutkan tempat ketiga, antara Deltras melawan Persijap. Kedua kesebelasan menunjukkan hasrat menang yang besar. Saling serang, saling mengancam. Pokoke serulah...
Para panitia yang capekpun, bersegera membubarkan diri, demi menyaksikan grand final. Suguhan awal yang atraktif, menjanjikan pertandingan yang seru. Ribuan Penggemar SFC memadati Gelora Jaka Baring. Berharap ada "great beatle" antara sang penguasa bola di republik ini. Dua tim yang diisi pemain "besar" berkarakter.
Babak Pertama.........
Saling serang, SFC mendominasi walaupun kurang tenang. Persipura sibuk bertahan dengan serangan balik berbahaya. Bek SFC pun dibuat pontang-panting. Baru dua menit main Nasuha kena kartu kuning, menyusul Kayamba, kemudian Toni Sucipto di dua menit terakhir. Untung Ferry masih sigap, gawang SFC aman. Kedua tim gagal mencetak gol di babak ini.
Babak kedua....
Masih seperti babak pertama, tapi Obiora berhasil mencetak gol, ketika pertandingan baru berlangsung di 10 menit pertama....setelah itu --lima menit kemudian, pertandingan yang asik, seru dan menegangkan itu berubah menjadi petaka....kecewa, dongkol, ringam, ge-nyek, sayang, benci entah apalagi, caci maki mungkin... apa pasal?
Pemain Persipura mogok main setelah merasa wasit berat sebelah...
Penonton -- yang untunglah tidak rusuh --membanggakan sekali warga Sumsel-- menunggu hingga satu jam lebih, sebelum akhirnya SFC dinyatakan menang WO...
Ternyata, Persipura tidak mau main lagi, mereka kecewa dengan keputusan wasit Purwanto. Mereka merasa ditindas wasit, karena pelanggaran yang dilakukan SFC tidak ditindak oleh wasit. itu kata mereka.
So semua berakhir begitu saja....
Selesai, SFC menang.....
Andai ada kebesaran hati dari pemain Persipura, melanjutkan permainan, hasilnya belum tentu SFC menang, bisa jadi mereka yang kampiun. Kesalahan wasit --yang notabene manusia--harusnya bisa diterima. Toh, SFC-pun tak akan puas dengan hasil ini. Hanya memang peraturan harus ditegakkan. Tim yang tak mau main, otomatis WO...!!!
Banyak di negeri yang bolanya sudah mapan, masih terkandung kesalahan...so sayang sekali, ketika "berbesar hati" itu juga tak juga menghampiri malam itu...
Thursday, June 18, 2009
Reformasi...Demokarsi...Asyiik..
Masa kampanye presiden....
Sebenarnya sih aku dongkol, kesal, neg, atau apalah kata yang cocok... bukan dengan isi kampanye -- yang katanya banyak berisi "program (baca : dendam) pribadi" para capres n cawapres" -- tapi lebih ke liputan di te-ve kita. Liputannya sih, memang apa adanya, tapi ada sesuatu yang menurutkan tidak apa adanya. Ada kesan, semuanya dipilih. Maksudku begini, ada materi yang diambil untuk dibesar-besarkan terus-menerus. contohnya soal sindir-menyindir itu lho... Sepertinya te-ve kita asiik banget mengolahnya... Memang sih itu ada dan benar terjadi, tapi apakah itu penting untuk selalu diangkat. Biasa aja bung... Ini era demokratis, menohok sampe ke tulang sum-sum pun silahkan.
Klaim bahwa itu bukan suguhan yang mendidik, apalagi dipertontonkan oleh para pribadi-pribadi "yang katanya negarawan itu", gak usah dipikirin. Gak usah dibesar-besarkan. Katanya rakyat sudah pandai...jangan dinafikan dong. Kalau masih khawatir juga, bukan kah itu berarti "mengatakan dengan halus" bahwa masyarakat masih sangat bodoh untuk melihat, memilih dan menentukan mana terbaik untuk mereka...please deh. Katanya mo "capacity building". Menjadi pribadi yang tangguh harus melalui ujian yang tangguh pula. Jadi jangan "sungkan" deh dengan tohok-menohok yang dikerjakan oleh para kandidat presiden itu. Dulu, masa kanak-kanak hingga aku kuliah, aku gak pernah melihat pribadi-pribadi calon presiden. Tiba-tiba saja sudah jadi presiden. Nah kini semua bisa kita lihat dengan jelas....so Nikmati Aja....Reformasi...Demokarsi...Asyiik..
Sebenarnya sih aku dongkol, kesal, neg, atau apalah kata yang cocok... bukan dengan isi kampanye -- yang katanya banyak berisi "program (baca : dendam) pribadi" para capres n cawapres" -- tapi lebih ke liputan di te-ve kita. Liputannya sih, memang apa adanya, tapi ada sesuatu yang menurutkan tidak apa adanya. Ada kesan, semuanya dipilih. Maksudku begini, ada materi yang diambil untuk dibesar-besarkan terus-menerus. contohnya soal sindir-menyindir itu lho... Sepertinya te-ve kita asiik banget mengolahnya... Memang sih itu ada dan benar terjadi, tapi apakah itu penting untuk selalu diangkat. Biasa aja bung... Ini era demokratis, menohok sampe ke tulang sum-sum pun silahkan.
Klaim bahwa itu bukan suguhan yang mendidik, apalagi dipertontonkan oleh para pribadi-pribadi "yang katanya negarawan itu", gak usah dipikirin. Gak usah dibesar-besarkan. Katanya rakyat sudah pandai...jangan dinafikan dong. Kalau masih khawatir juga, bukan kah itu berarti "mengatakan dengan halus" bahwa masyarakat masih sangat bodoh untuk melihat, memilih dan menentukan mana terbaik untuk mereka...please deh. Katanya mo "capacity building". Menjadi pribadi yang tangguh harus melalui ujian yang tangguh pula. Jadi jangan "sungkan" deh dengan tohok-menohok yang dikerjakan oleh para kandidat presiden itu. Dulu, masa kanak-kanak hingga aku kuliah, aku gak pernah melihat pribadi-pribadi calon presiden. Tiba-tiba saja sudah jadi presiden. Nah kini semua bisa kita lihat dengan jelas....so Nikmati Aja....Reformasi...Demokarsi...Asyiik..
Subscribe to:
Posts (Atom)